Mungkin bagi semua orang astronomi dan astrologi udah bukan hal yang asing lagi. Tapi terkadang kita mempunyai persepsi yang salah antara keduanya, kita kadang menganggap astronomi itu sama dengan astrologi padahal kenyataannya sangat berbeda. Astronomi sendiri secara etimologi berarti "ilmu bintang" adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka. Sedangkan astrologi merupakan ilmu semu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan tata letak benda-benda langit.
Perbedaan lain yang dapat kita lihat yaitu bahwa astronom menggunakan metode ilmiah sedangkan seorang astrolog tidak. Dengan adanya metode ilmiah kita dapat mengetahui bagaimana astronom dapat memb
uktikan penelitiannya dengan suatu data yang sistematis dan sudah teruji kebenarannya. Lain halnya dengan astrologi, para astrolog tidak menggunakan metode ilmiah dan ilmu ini lebih menjurus pada ramalan-ramalan terlepas dari itu benar ataupun salah.
Dalam agama Islam sendiri, para ulama syariah membagi ilmu perbintangan ini
menjadi dua bagian:
1. Ilmu perbintangan untuk perhitungan, yaitu menentukan awal bulan-bulan dengan menghitung perjalanan bintang. Berdasarkan perhitungan seperti ini maka mereka bisa mengetahui waktu-waktu, zaman-zaman, musim, arah kiblat dan sebagainya. Ilmu perbintangan seperti ini merupakan salah satu cabang dari ilmu falak. Dan seringkali kebanyakan orang menamakan ilmu falak dengan ilmu perbintangan meski di sana terdapat perbedaan yang jauh antara orang-orang ahli perbintangan dengan orang-orang ahli falak dan antara ilmu perbintangan dengan ilmu falak.
2. Mengaitkan berbagai kejadian di bumi dengan keadaan benda-benda angkasa serta menganggap bahwa susunan benda-benda angkasa mempunyai pengaruh terhadap berbagai kejadian yang terjadi di bumi, inilah yang dimaksud dengan astrologi. Ahli nujum adalah orang yang menganggap bahwa dirinya mengetahui nasib manusia, masa depan mereka, akhir kehidupan mereka berdasarkan posisi bintang-bintang ketika muncul. Orang itu melihat kepada bintang-bintang dan menghitung waktu terbit dan tenggelamnya dan perjalanannya lalu dari situ dia memperkirakan keadaan manusia maupun alam ini. Praktek ilmu perbintangan seperti ini kemudian dikenal dengan astrologi. Astrologi diharamkan dan dilarang oleh syariat karena sesungguhnya para astrolog ini menganggap adanya hubungan antara kejadian-kejadian yang terjadi pada manusia dengan pergerakan bintang-bintang dan menganggap bahwa ia memiliki pengaruh terhadap kejadian-kejadian itu. Dengan faham yang seperti ini menunjukkan bahwa manusia dapat mengetahui bagaimana takdir mereka selanjutnya, tentu saja hal ini bertentangan dengan ajaran Islam bahwa yang mengetahui takdir manusia adalah Allah SWT. Oleh karena itu para ulama Islam telah bersepakat tentang pengharaman ilmu nujum (astrologi) dalam makna yang seperti ini.
Jadi pada dasarnya agama memang mengharamkan astrologi ini dikarenakan ilmu ini bertentangan dengan ajaran Islam yaitu manusia dapat mengetahui takdirnya sendiri sebelum takdir itu menimpa dirinya. Padahal kenyataan nya kita sebagai seorang manusia sama sekali tidak mengetahui bagaimana nasib kita besok ataupun lusa yang mengetahui semua itu hanyalah Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
0 komentar:
Posting Komentar